fenomenologi
adalah studi yang mempelajari fenomena, seperti penampakan,
segala hal yang muncul dalam pengalaman kita, cara kita mengalami sesuatu, dan
makna yang kita miliki dalam pengalaman kita. Fokus perhatian fenomenologi tidak hanya sekedar fenomena, akan tetapi pengalaman sadar dari sudut pandang orang pertama atau yang mengalaminya secara langsung
(Kuswarno:2009:22)
Fenomenologi
berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami suatu fenomena beserta
konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu
hingga tataran “keyakinan” individu yang bersangkutan. Dengan demikian
mempelajari dan memahaminya haruslah berdasarkan
sudut pandang, paradigma dan keyakinan langsung dari individu yang bersangkutan
sebagai subjek yang mengalami langsungn(first-hand experiences).
Dengan kata
lain, penelitian fenomenologi berusaha untuk mencari arti secara psikologis dari suatu pengalaman individu terhadap suatu fenomena
melalui penelitian yang mendalam dalam konteks kehidupan sehari-hari subjek
yang diteliti (Herdiansyah, 2012).
Dalam
psikologi, model fenomenologi lebih ditujukan untuk mendapatkan kejelasan suatu
fenomena yang terjadi dalam situasi natural yang dialami oleh individu setiap
harinya (Ghony & Fauzan: 2012: 58)
Prosedur riset fenomenologis
Riset fenomenologis selalu berusaha untuk mereduksi
pengalaman-pengalaman personal ke dalam kesamaan pemaknaan atau esensi
universal (essentializing) dari suatu fenomena yang dialami secara sadar oleh
sekelompok individu. Perlu dicatat sekali lagi bahwa pengalaman tersebut
merupakan pengalaman individual. Peneliti mengumpulkan cerita dari sekelompok
individu untuk dicari kesamaan maknanya.
Bila
kita melakukan studi fenomenologi, maka cerita oral tentang pengalaman hidup
menjadi bentuk data primer yang wajib dikumpulkan. Untuk memperoleh data tersebut
tentu saja dibutuhkan keterbukaan informan untuk mengungkapkan apa yang
dialaminya di masa lalu. Beberapa langkah perlu dipahami ketika melaksanakan
riset fenomenologis. Saya merujuk pada pendapat pakar metodologi Creswell dalam
pemaparan langkah-langkah ini:
1. Peneliti memastikan bahwa
apakah rumusan masalah yang dibuat relevan untuk diteliti menggunakan
pendekatan fenomenologis. Rumusan masalah penelitian yang relevan menerapkan
fenomenologi adalah masalah penelitian dimana sangat penting untuk memahami
pengalaman pribadi yang dirasakan sekelompok individu terhadap suatu fenomena
yang dialaminya..
2. Menyusun masalah penelitian,
peneliti menangkap fenomena untuk dipertanyakan maknanya bagi sekelompok
individu yang mengalaminya. Misalnya, apa maknanya menjadi seorang profesional,
apa maknanya menjadi korban HIV/AIDS, apa maknanya kehilangan sesuatu atau
orang yang disayangi, dan lain sebagainya.
3. Peneliti sebagai manusia
harus sejauh mungkin meninggalkan pengalaman pribadinya terkait dengan fokus penelitiannya. Sebagai contoh studi
fenomenologis tentang orang-orang yang baru saja patah hati. Fenomenolog harus
sejauh mungkin menginggalkan pengalamannya patah hati.
4. Data fenomenologis berupa
narasi deskriptif yang dikumpulkan dari cerita individu yang mengalami suatu
fenomena yang diteliti. Data riset fenomenologis diperoleh dari wawancara
mendalam dengan sekelompok individu.
5. Proses analisis data
pada prinsipnya mirip dengan analisis kualitatif lainnya, yaitu data
ditranskrip, lalu dengan merujuk pada rumusan masalah, peneliti melakukan
koding, klastering, labelling secara tematik dan melakukan interpretasi. Proses
tersebut berlangsung bolak-balik sebagaimana analisis data kualitatif pada
umumnya.
6. Tema yang muncul dalam proses
analisis mengandung narasi verbatim. Secara garis besar berupa deskripsi
tekstual tentang apa yang dialami oleh partisipan dan bagaimana mereka
mengalaminya. Tipikal deskripsi tektual yang disusun dalam riset fenomenologi
adalah terdiri dari paragraf yang cukup panjang dan mendalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar